Senin, 26 September 2022

Belajar Menulis PGRI Pertemuan ke-15 Gelombang ke-27

Resume Ke       :  15

Gelombang ke   :  27

Tanggal              :  23 September 2022

Tema                  :  Kosep Buku Non Fiksi

Nara Sumber      :  Musiin, M.Pd

Moderator           :  Arofiah Afifi

Flyer Pert. 15 BM 27

Tak Terasa telah separoh perjalanan mengikuti kegiatan BM 27 ini. Pada pertemuan ke-15 ini kembali dipandu oleh moderator yang lincah memainkan kata-kata yaitu Ibu Arofiah Afifi atau Ibu Ovi. Narasumber yang diberi amanah untuk mengisi materi ke 15 ini adalah Ibu Musiin, M.Pd. Dengan Tema "Konsep Buku Non Fiksi". Narasumber adalah Guru Bahasa Inggris di SMP Negeri 1 Tarokan Kabupaten Kediri Jawa Timur.

"Profil narasumber juga memiliki segudang Aktivitas dan prestasi. Sebagai seorang pegiat sosial, entrepreneurship,  pegiat literasi handal. Seorang ibu yang penuh ide, cerdas, berinovasi dan semangat berbagi". Demikian moderator meneruskan uraiannya tentang Ibu Iin. Alumni BM 8 dan dapat memenuhi tantangan Prof. Eko Indrajit untuk menulis buku.

Moderator melanjutkan "Jadilah buku beliau telah berhasil menghias indah di toko buku Gramedia secara online maupun offline. Buku karya beliau berjudul Literasi Digital Nusantara Meningkatkan Daya Saing Generasi".

Narasumber mengawali dengan pernyataan "Saya adalah alumni kelas menulis seperti halnya Bapak Ibu saat ini. Di awal saya ikut kelas menulis saya juga belum memiliki blog, saya berangkat dari nol. Saya tidak pernah bermimpi untuk bisa menulis buku, namun ternyata kelas menulis Om Jay menjadi pembuktian bahwa TIDAK ADA YANG TIDAK MUNGKIN. Kata Prof Rhenaldi Kasali, kalau kita berpikir secara Opportunity Based, kita akan  selalu yakin ada pintu di tengah tembok rintangan.  Menulislah setiap hari, maka keajaiban akan datang". Luar biasa yang disampaikan Ibu iin.

Pada tahap awal pertemuan dengan Ibu Iin, banyak memberikan dorongan semangat bagaimana menulis buku itu harus dilakukan karena disitulah ada jejak kita. Dalam buku ada hasil olah pikir, karya dan karsa kita. Salah satu contohnya adalah "IS THERE A BOOK INSIDE YOU? Jawabanya 1000% PASTI." Setiap orang memiliki pengalaman, pengetahuan, dan keterampilan dalam dirinya. Berapa ratus purnama telah kita lalui, berapa banyak kejadian entah itu pahit atau manis mengukir perjalanan hidup kita. Semua tergantung dari pribadi masing-masing.

Salah satu buku rujukan penulis pemula 

Motivasi yang berikutnya adalah dari dua Slide yang ditampilkan berikut ini :

  • Pramudya Ananta Toer "Orang Pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian".
  • Imam Al-Ghazali "Jika kau bukan anak raja, juga bukan anak ulama besar, maka menulislah!".
Buku Non Fiksi 

Buku Non Fiksi adalah sebuah bentuk buku yang berisi karangan atau tulisan yang sifatnya berupa informasi dan penulisnya memiliki tanggung jawab atas isi buku tersebut yang diambil dari peristiwa, orang, tempat atau fakta informasi di dalam buku tersebut.

Contoh-Contoh Buku Non Fiksi berikut ini :

  1. Buku Pedoman
  2. Buku Teks
  3. Buku Pelajaran
  4. Buku Motivasi
  5. Buku Filsafat
  6. Buku Sains Populer
  7. Kamus
  8. Ensiklopedia
  9. Biografi
  10. Otobiografi
  11. Memoar
Ciri-ciri Buku Non Fiksi diantaranya :
  1. Menggunakan bahasa yang baku atau formal.
  2. Menggunakan bahasa yang denotatif.
  3. Isi buku berkaitan dengan fakta.
  4. Tulisan bersifat ilmiah populer.
  5. Hasil penemuan atau yang sudah ada.
Pola Penulisan Buku Non FIksi ada 3 Pola Yaitu :
  1. Pola Hierarkis dimana Buku disusun berdasarkan tahapan dari mudah ke sulit atau dari sederhana ke rumit.
  2. Pola Prosedural dimana Buku disusun berdasarkan urutan proses, contohnya Buku Panduan. Standar Operasional Prosedur (SOP)
  3. Pola Klaster dimana buku disusun secara poin per poin atau butir per butir. Pola ini diterapkan pada buku-buku kumpulan tulisan atau kumpulan bab yang dalam hal ini antar babnya setara. Contohnya : Buku Literasi Digital Nusantara.
Proses Penulisan Buku Non Fiksi Terdiri dari 5 Langkah Yaitu :
  1. Pratulis
  2. Menulis Draf
  3. Merevisi Draf
  4. Menyunting Naskah
  5. Menerbitkan
1. Langkah Pratulis terdiri dari 
  1. Menentukan tema
  2. Menemukan Ide
  3. Menrencanakan jenis tulisan
  4. Mengumpulkan bahan tulisan
  5. Bertukar pikiran
  6. Menyusun daftar
  7. Meriset
  8. Membuat Mind Mapping 
  9. Menyusun kerangka.  
Tema bisa ditentukan satu saja untuk sebuah buku, contohnya adalah tema Parenting,  pendidikan, motivasi. atau yang sedang viral saat ini adalah tentang IKM (Implementasi Kurikulum Merdeka) dan P5 (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila).

Dari Tema untuk melanjutkan menjadi sebuah ide yang menarik, penulis bisa mendapatkan dari berbagai hal diantaranya :

  •  Pengalaman pribadi
  • Pengalaman orang lain
  • Berita di media massa
  • Status Facebook/Twitter/Whatsapp/Instagram.
  • Imajinasi
  • Mengamati Lingkungan
  • Perenungan
  • Membaca buku
  • Survey 
  • Wawancara.

       Sumber Referensi Penulisan Buku, diantaranya :
  1. Pengetahuan yang diperoleh secara formal, nonformal atau informal.
  2. Keterampilan yang diperoleh secara formal, nonformal atau informal.
  3. Pengalaman yang diperoleh sejak balita hingga saat ini.
  4. Penemuan yang telah didapatkan.
  5. Perenungan yang telah direnungkan.
    Anatoni Buku Non Fiksi 

  1. Halaman Judul
  2. Halaman Persembahan (Optional)
  3. Halaman Daftar Isi
  4. Halaman Kata Pengantar (Optional, minta kepada tokoh yang berpengaruh).
  5. Halaman Prakata
  6. Halaman Ucapan Terima kasih (Optional)
  7. Bagian / Bab
  8. Halaman Lampiran (Optional)
  9. Halaman Glosarium
  10. Halaman Daftar Pustaka
  11. Halaman Indeks
  12. Halaman Tentang Penulis
Anatomi ini yang akan ditanyakan jika kita mengikuti Uji Kompetensi sebagai Penulis di Lembaga Sertifikasi Profesi Penulis Editor Profesional (LSP PEP).
2. Langkah Kedua Menulis Draf , terdiri dari :
  1. Menuangkan konsep tulisan ke tulisan dengan prinsip bebas.
  2. Tidak mementingkan kesempurnaan, tetapi lebih pada bagaimana ide dituliskan.
3. Langkah Ketiga Merevisi Draf, terdiri dari :
  1. Merevisi sistematika/struktur tulisan dan penyajian.
  2. Memeriksa gambaran besar dari naskah.
4. Langkah keempat Menyunting Naskah (Menurut KBBI dan PUEBI), terdiri dari :
  1. Ejaan
  2. Tata bahasa
  3. Diksi
  4. Data dan Fakta
  5. Legalitas dan Norma.
Demikianlah Konsep dalam Menulis Buku Non Fiksi yang berhasil saya rangkum dalam satu resume pertemuan ke-15 ini. Terima kasih saya sampaikan kepada Narasumber Ibu Iin, yang materinya dan motivasinya sangat luar biasa. Dan moderator Ibu Ovi yang sangat baik dua kali memandu kegiatan KBM PGRI 27 ini. Dan kepada Om Jay dan jajaran tim solid semua, Mentor Ibu Mutmainah dan semua senior semoga sehat dan lancar selalu semua aktifitasnya, Aamin.
Semoga Resume ini bermanfaat untuk pembaca semuanya.

Penulis : Priyadi, S.Pd.
Peserta KBM PGRI 27


Belajar Menulis PGRI Pertemuan ke-14 Gelombang ke-27

 Resume Ke       :  14

Gelombang ke   :  27

Tanggal              :  21 September 2022

Tema                  :  KAIDAH PANTUN

Nara Sumber      :  Miftahul Hadi, S.Pd.

Moderator           :  Lely Suryani, S.Pd., SD

Flyer ke-14 BM27

Pada pertemuan ke-14 Pelatihan Belajar Menulis PGRI ini dipadu Oleh Ibu Lely Suryani, S.Pd., SD, Bertugas sebagai guru di SD N 1 Gumelem Kulon, Kecamatan Susukan, Kabupaten Banjarnegara, Propinsi Jawa Tengah. Dengan Narasumber seorang ahli pantun di guru Prenggerak, sebagaimana diperkenalkan oleh moderator bapak Miftahul Hadi, S.Pd Seorang Guru yang bertugas di SD Negeri Raji 1 Demak, Jawa Tengah, dengan Tema "Kaidah Pantun".

Dari Profil materi yang ditampilkan narasumber di https://anyflip.com/wiirj/vdws/, narasumber berpengalaman menjadi PESERTA dan JURI pada Pertandingan CERDAS CERMAT PANTUN yang diselenggarakan oleh Sekolah Indonesia Kuala Lumpur dari Kedutaan Besar Republik Indonesia di Malaysia tahun 2021. Menulis Buku Solo tentang Pantun, dan beberapa karya Antologi.

Pantun Merupakan Tradisi Indonesia

Pantun adalah salah satu karya seni verbal yang dimiliki oleh Indonesia, yang sangat beragam. Ada beberapa bentuk pertunjukan pantun yang bersifat narasi, misalnya "kentrung" yang ada di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Yang menggunakan struktur "pantun" untuk menceritakan kisah-kisah keagamaan atau sejarah lokal dengan iringan rebana atau genderang.

Dan beberapa daerah lain dengan kesusastraan tradisional  Indonesia yang mempunyai pondasi dasar pertunjukan dengan genre campuran yang kompleks, seperti "randai " dari Minangkabau Sumatera Barat, yang mencampur antara seni musik, seni tarian, seni drama dan seni bela diri dalam paduan seremonial yang spektakuler.

Di Mandailing Natal Sumatera Utara dikenal denga nama ende-ende. Di Sunda Jawa Barat ada Paparikan, yang kalau di Jawa Tengah dan sebagian Jawa Timur dikenal dengan Parikan.

Pantun diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda dari Indonesia pada kegiatan sesi ke 15 Intergovernmental Committee for the Safeguarding ofthe Intangible Culcure Heritage di Kantor Pusat UNESCO di Paris, Perancis 17 Desember 2020.

Definisi Pantun

Pantun berasal dari akar kata "TUN" yang bermakna "baris" atau "deret" Asal kata Pantun dalam masyarakat Melayu Minangkabau diartikan sebagai "Panuntun", oleh masyarakat Riau disebut sebagai "Tunjuk Ajar"  yang berkaitan dengan etika (Mu'Jiah, 2019).

Pantun adalah termasuk puisi lama yang terdiri dari empat baris atau rangkap, dua baris pertama disebut dengan pembayang atau sampira, dan dua baris kedua disebut dengan maksud atau isi (Yunos, 1966 ; Bakar, 2020).

Ciri-Ciri Pantun 

  • Satu bait terdiri atas empat baris.
  • Satu baris terdiri atas empat sampai lima kata.
  • Saru baris teridiri atas delapan sampai dua belas suku kata.
  • Bersajak a-b-a-b.
  • Baris pertama dan kedua disebut sampiran atau pembayang.
  • Baris ketiga dan keempat disebut isi atau maksud.

Kegunaan Pantun Untuk :

  • Komunikasi sehari-hari
  • Sambutan dalam pidato
  • Menyatakan perasaan
  • Membuat lirik lagu
  • Perkenalan
  • Berceramah/dakwah

Fungsi Lain Pantun adalah sebagai Pemelihara Bahasa

  • Pantun berperan sebagai penjaga fungsi kata dan kemampuan menjaga alur berfikir.
  • Pantun melatih seseorang untuk berfikir tentang makna kata sebelum berujar.
  • Secara sosial pantun memiliki fungsi pergaulan yang kuat.
  • Pantun menunjukkan kecepatan seseorang dalam berfikir dan bermain-main dengan kata-kata.
  • Secara umum peran sosial pantun adalah sebagai alat penguat penyampaian pesan.

Apakah pantun boleh bersajak a-a-a-a?

"Boleh, tapi itu akan mengurangi keindahan pantun itu sendiri dan tidak sesuai kaidah pembuatan pantun". Penjelasan dari narasumber.

Berikut Contoh Syair dan bukan pantun.

Belajar mengaji harus semangat,                                                                          Tekun rajin sabar dan giat,                                                                                        Agar ilmu mudah didapat,                                                                                        Selamat dunia juga akhirat.

Ingat ingatlah wahai kawan,                                                                                Quran dan sunnah jadi pedoman,                                                                              Tuk menjalani kehidupan,                                                                                          Agar hidup tentram dan nyaman.

Perbedaan pantun dengan syair

Kalau pantun, antara baris satu dan dua tidak ada hubungannya dengan baris tiga dan empat. Jadi sampiran dan isi berdiri sendiri.

Sedangkan syair baris satu sampai empat saling berhubungan.                                                  Dalam syair, sajaknya a-a-a-a. Jadi Rima akhir (baris 1-4) memiliki bunyi yang sama

Karmina (Pantun Kilat) 

Karmina atau pantun kilat adalah pantun yang terdiri dari dua baris, antara baris satu dengan baris dua tidak berhubungan seperti contoh berikut, :

  Daun keladi susun di gerbong.                                                                                    Jangalah jadi orang yang sombong.

Gurindam

Pada Gurindam jumlah barisnya  ada dua. Antara baris satu dengan baris dua saling berhubungan (sebab akibat), Contoh gurindam :

Jika selalu berdoa dan dzikir,                                                                                      Ringan melangkah jernih berpikir.

Perbedaan pantun dengan kerya sastra lainnya dapat dilihat pada gambar berikut : 

Perbadaan Pantun dengan Karya sastra lain

Rahasia membuat Pantun dengan Mudah dan Cepat.
  1. Memahami Kaidah/Ciri. Pantun  ini harus memiliki empat baris dalam satu baitnya. Setiap barisnya terdiri dari empat kata.
  2. Menguasai Perbendaharaan kata .Usahakan dalam memilih kata, jangan hanya satu huruf paling belakang yang bunyinya sama disebut Rima.dengan memiliki perbendaharaan kata dengan Rima sama semakin mempermudah kita dalam menulis pantun
  3. Menulis Isi Pantun Dalam membuat pantun kita usahakan membuat baris ketiga dan keempat (isi) terlebih dahulu.
  4. Menulis Sampiran Pantun. isi pantun sudah jadi, maka sampiran akan mengikuti .
Ternyata seperti ini Cara menulis pantun yang benar dan cepat, biasanya pasti membuat urutan sampiran dulu baru Isi nya. Ini tambahan ilmu yang sangat bermanfaat untuk menulis pantun dengan benar.

Ada Beberapa TIp yang harus dihindari dalam menulis Pantun, diantaranya :
1. Penggunaan nama orang.
2. Penggunaan merek dagang tertentu.
3. Pengulangan kata-kata yang sama di tiap-tiap barisnya.

Demikian resume pertemuan ke-14 tentang Kaidah dalam menulis Pantun, Semoga Resume ini berguna untuk saya sendiri, teman-teman peserta BM 27 dan pembaca sekalian. Kepada Moderator Ibu Lely dan Narasumber Bapak Miftahul Huda saya menyampaikan terima kasih telah diberikan arahan bagaimana caranya membuat Pantun yang benar. Untuk Om Jay dan semua jajaran panitia KBM 27 semoga selalu diberikan kesehatan dan kemudahan dalam melaksakan tugas sehari-hari, Aamiin 

Penulis : Priyadi, S.Pd

Peserta BM 27 

Minggu, 25 September 2022

Belajar Menulis PGRI Pertemuan ke-13 Gelombang ke-27

Resume Ke       :  13

Gelombang ke   :  27

Tanggal              :  19 September 2022

Tema                  :  Proofreading Sebelum Menerbitkan Tulisan

Nara Sumber      :  Susanto, S.Pd.

Moderator           :  Purbaniasita K.S, S.Pd.

Flyer pert. ke-13 BM27

Pada Pertemuan ke-13 Pelatihan Belajar Menulis PGRI Gelimbang ke-27 ini dipandu oleh Ibu Purbaniasita K.S, S.Pd yang nama di WA Grupnya Chita Wiyono tapi biasa dipanggil Sita berasal dari Malang alumni kelas BM 26. Dengan Narasumber Bapak Susanto, S.Pd. dengan tema "Profeading Sebelum Menerbitkan Tulisan". Materi ini menjadi sangat penting karena setelah kita selesai menulis tentunya akan dikitim ke publik. 

Profil narasumner adalah Guru SD Negero Mardiharjo Kecamatan Purwodadi Kabupaten Musi Rawas, membuat blog dari tahun 2009 dan aktif "ngeblog" setelah ikut BM 15 sejak pandemi Covid 19. Tinggal di Tugumulyo, Kapupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan. Pendidikan S1 di STKIP PGRI tahun 2006 dan S1 PGSD di UT UPBJJ Palembang tahun 2017. Aktif sebagai Penulis beberapa judul buku antologi, Editor beberapa buku dan 2 buku Solo. Kita bisa melihat profil beliau melalui tautan pada link https://blogsusanto.com/artikel/.

Melalui Channel YouTube : Agung Bangkit Official membagikan Suasana daerah Musi Rawas Sumsel. pada  link   https://www.youtube.com/watch?v=MT2cSMFfX0A

  • Suasana Desa Tegalrejo Tempat tinggal Pak DSus

    Kreatifitas yang sangat bagus dan perlu kompetensi khusus bisa membawa penonton mengikuti jakan-jalan keliling desa. Daerah yang tertata jalan-jalan desanya lurus-lurus.

    Proofreading 
  • Proofreading atau kadang disebut dengan uji-baca adalah membaca ulang sebuah tulisan, tujuannya adalah untuk memeriksa apakah terdapat kesalahan dalam teks tersebut. Kesalahan yang dimaksud di sini termasuk kesalahan penggunaan tanda baca, ejaan, konsistensi dalam penggunaan nama atau istilah, hingga pemenggalan kata.

"Pada hari Minggu, 18-09-2022 suamiku bersama teman-temannya. Mengadakan memancing ikan mas. Biasanya hari libur digunakan untuk libur bersama" 

kata yang paling benar untuk menalakukan profeading alalah :

"Pada hari Minggu, 18 September 2022 suamiku memancing ikan mas bersama teman-temannya. Biasanya hari libur digunakan untuk liburan bersama."

Ulasannya : 

Jika di belakang kata Minggu ada koma, di belakang 2022 sebaiknya diberi koma karena hal itu menegaskan keterangan tentang ”hari Minggu”.

Tugas seorang proofreader

Tugas seorang proofreader bukan hanya membetulkan ejaan atau tanda baca. Seorang proofreader juga harus bisa memastikan bahwa tulisan yang sedang ia uji-baca bisa diterima logika dan dipahami, diantaranya :

  1. Apakah sebuah kalimat efektif atau tidak
  2. Susunannya sudah tepat atau belum
  3. Substansi sebuah tulisan dapat dipahami oleh pembaca atau tidak

Mengapa harus melakukan proofreading?

Proofreading merupakan tahapan penulisan yang sebaiknya tidak boleh dilewatkan. Terutama jika kita berniat untuk menerbitkan karya tulis kepada khalayak luas. 

Kapan proofreading ini dilakukan ?

Segera setelah selesai menulis dilakukan proofreading biasanya membutuhkan waktu yang lama di depan laptop atau komputer untuk mengulang-ulang membaca apakah sudah tepat tulisannya.

Memeriksa tulisan setelah tulisan selesai BUKAN ketika tulisan masih jalan separuh atau baru dua paragraf, dan sebagainya.

Langkah-langkah melakukan Proofreading sebagai berikut :

Langakh pertama  : Merevisi draf awal teks. Membuat perubahan signifikan pada konten dan memindahkan, menambahkan, atau menghapus seluruh bagian..

Langkah kedua :  Merevisi penggunaan bahasa: kata, frasa, dan kalimat serta susunan paragraf untuk meningkatkan aliran teks

Langkah ketiga : 

Memoles kalimat untuk memastikan tata bahasa yang benar, sintaks yang jelas, dan konsistensi gaya. Memperbaiki kalimat kalimat yang ambigu.

Langkah ke empat : 

  1. Cek ejaan. Ejaan ini merujuk ke KBBI, tetapi ada beberapa kata yang mencerminkan gaya penerbit
  2. Pemenggalan kata-kata yang merujuk ke KBBI
  3. Konsistensi nama dan ketentuannya
  4. Perhatikan judul bab dan penomorannya

Hindari kesalahan kecil yang tidak perlu misalnya typo atau kesalahan penulisan kata dan penyingkatan kata.

Kesalahan kecil lainnya misalnya, memberi spasi (jarak) kata dan tanda koma, tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya. Tanda-tanda baca tersebut tidak boleh diketik terpisah dari kata yang mengikutinya. Untuk dapat selalu melakukan profeading dengan baik sebaiknya membuka PUEBI Daring dan KBBI Daring untuk memeriksa kesalahan kalimat dan tanda baca.

Demikian resume pertemuan ke-13 BM 27 Terima kasih kepada ibu Chita Wiyono yang telah dengan tekun dan penuh semangat medampingi peserta BM 27 baik dalam menyampaikan profil narasumber maupun menyampaikan pertanyaan-pernyaan dari peserta. Terima kasih juga kepada bapak Susanto, S.Pd. materi yang disampaikan sangat berguna bagai kami yang sedang belajar untuk membuat tulisan dengan benar. Terima kasih Bapak Polisi Bahasa, semoga sehat selalu dan suatu saat bisa memberikan koreksi dari tulisa-tulisan saya 

Semoga resume ke-13 ini bermanfaat untuk pembaca sekalian.

Penulis : Priyadi, S.Pd.

Peserta BM PGRI 27


Senin, 19 September 2022

Belajar Menulis PGRI Pertemuan ke-12 Gelombang ke-27

 Resume Ke       :  12

Gelombang ke   :  27

Tanggal              :  16 September 2022

Tema                  :  Menulis Semudah Ceplok Telor

Nara Sumber      :  Dra. Lilis Ika Herpianti Sutikno, SH.

Moderator           :  Widya Setianingsih

Flyer Pert. 12 BM 27

Pada pertemuan ke-12 BM 27 ini Kegiatan Pelatihan Belajar Menulis PGRI dipandu kembali oleh moderator Ibu Widya Setianingsih, yang dua hari sebelumnya sebagai narasumber pertemuan ke-11. Sedangkan Narasumber kami ini adalah Dra. Lilis Ika Herpianti Sutikno, SH. dengan Tema "Menulis Semudah Ceplok Telor". Hebat nih demikian mudahnya menulis itu bagi yang sudah mahir.

Profil  Narasumber dapat dilihat pada  http://www.guruinspirasintt.com/2021/09/profil-ibu-guru-cantik.htm Beliau sebagai kepala sekolah SMP Negeri 3 Kupang Barat, Kecamatan Kupang Barat Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur. seorang penggerak literasi dari Kupang Nusa Tenggara Timur. Sebagai penggerak pemberantasan buta aksara bagi kaum ibu dan anak. Juga Founder menulis Agupena dirikan untuk mewadahi semangat literasi di daerah Kupang.

Untuk menjadi penulis modal awalnya adalah membaca, Kemudian Bunda Lilis membagi blognya  tentang Menulis Semudah Ceplok Telur.  http://www.guruinspirasintt.com/2021/10/menulis-semudah-ceplok-telur.html terdiri dari foto-foto dari beberapa pejabat yang tentunya sangat terinspirasi dengan buku tersebut. dan dapat sebagai referensi dalam penulisan. Luar biasa bisa menyempatkan waktu untuk menulis dalam kondisi apapun, bahkan saat Diklat calon Kepala Sekolah bisa menulis tiap hari hingga di hari penutupan bukunya telah terbut.

Beberapa kalai mengutip pernyataan Om Jay, “Sebuah tulisan tidak bisa langsung sekali jadi, kita perlu menata kalimat demi kalimat yang mudah dipahami”. Dr. Wijaya Kusuma, M.Pd. Pernyataan tersebut disampaikan Om Jay saat pertama mengisi Kegiatan Pelatihan Belajar Menulis PGRI Gelombang 27. Bahkan bisa mengikuti Tantangan Om Jay menulis tiap hari, sebagian dari tema-tema yang diberikan Om Jay, mulai dari Nasi Kuning, Gorengan, Tanaman hias sampai kepada perabot rumah tangga yang dijual di pinggir jalan, menjadi bahan untuk dibuat tulisan 

Dari Tanya Jawab diperoleh untuk menjaga konsistensi agar kita selalu bisa  menulis karena semangat yang kadang timbul tenggelam seiring kegiatan yang senantiasa meminta untuk diselesaikan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya? beliau menjawab "kita tentu sering  mendengar kata istiqomah dalam beribadah. Semakin kita istiqomah dalam beribadah Allah akan memberikan kita hidup yang berkah. Begitupun dengan menulis, Kalau kita malas menulis, manfaat FB".selanjutnya "Ibu bisa lihat Facebook saya Lilis Sutikno (Mbak Pipin) Hampir setiap hari saya nulis di FB, he he he . . . sederhana tetapi dari sana FB saya kalau mau buat proyek besar menulis, entah buku, ataupun karya tulis ilmiah saya biasa ambil dari FB saya". Saya pin mencoba langsung membuka Fb beliau, mencari dan meminta pertemanan. Semoga dapat menambah semangat dalam belajar menjadi penulis.

Pertanyaan selanjutnya dari pak M. Abd Rahim tentang referensi dalam pembuatan buku apakah seperti kita membuat makalah, atau hanya mencantumkan daftar pustaka saja ? dijawab oleh Bunda Lilis "Bapak bisa lihat buku saya ke tiga, ada ilmu yang saya ambil dari internet biasanya langsung saya cantumkan di bawahnya. Agar orang yang punya tulisan tidak kecewa (Wong Jowo bilang biar tahu etika, tau unggah ungguh dalam menulis)". dilanjutkan lagi "Dan dibelakang buku diberikan lagi Daftar Pustaka agar buku kita bisa mendapatkan angka kredit tinggi". Jadi penasaran buku ketiga nya apa ya ? Ternyata Buku "Serial MEMBACA DAN MENULIS SETIAP HARI" dari judulnya tentu membutuhkan konsistensi yang tinggi untuk dapat membaca dan menulis setiap hari.

"Harus berapa halaman untuk bisa naik cetak buku?" pertanyaan lanjutannya dari bapak M. Abd, Rohim, Dijawab Bunda Lilis "Minimal 100 halaman, kemaren saya cetak buku Antologi Puisi yang menulis sudah meninggal" dan harus digenapkan menjadi 100 halaman dari awalnya 50 halaman dengan cara menambahkan foto-foto dari FB Almarhum, sehingga dapat ISBN.

Menurut Bunda Lilis, Menulis itu mudah bahkan sangat mudah,mengibaratkan Menulis itu semudah ceplok telur,  kita bisa menulis apa saja. Perlu latihan untuk menulis setiap saat, Jangan mencari waktu luang untuk menulis. Tetapi luangkan waktu kita untuk menulis agar terlatih dan terampil untuk mengolah kata demi kata hingga merangkai kalimat demi kalimat dengan sempurna.

Terima kasih Bunda Lilis yang telah membagikan ilmunnya ditengah kesibukan yang padat masih bisa meluangkan waktu untuk menulis. serta Ibu Widya Arema yang sudah ketiga kalinya menemani Peserta BM 27. Semoga Ibu Narasumber dan Moderator selalu dalam keadaan sehat wal afiat.

Demikian resume pertemuan ke-12 BM 27 ini semoga bermanfaat bagi pembaca sekalian dan bagi saya khususnya yang sedang belajar menulis dengan benar.

Wassalamualaikum Wr Wb

Penulis : Priyadi, S.Pd 

Peserta BM 27

Jumat, 16 September 2022

Belajar Menulis PGRI Pertemuan ke-11 Gelombang ke-27

 Resume Ke       :  11

Gelombang ke   :  27

Tanggal              :  14 September 2022

Tema                  :  Mengelola Majalah Sekolah

Nara Sumber      :  WIDYA SETIANINGSIH, S.Ag.

Moderator           :  YANDRI NOVITA SARI

Flyer Pert. 11 BM 27

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh, Salam sehat, Salam Sejahtera untuk kita semua.

Pada Pertemuan ke-11 BM 27 ini dengan tema "Mengelola Majalah Sekolah" dipandu oleh moderator Ibu Yandri Novita Sari alumni BM 25-26, dan narasumber Ibu Widya Setianingsih, S.Ag. Ibu 2 orang putra, tinggal di Malang, Alumni BM 21 dengan Pendidikan sarjana UIN Maliki Malang. melalui https://widyabisma.blogspot.com/2022/01/my-wonderfull-live.html kita bisa melihat profil beliau.

Bekerja sebagai guru MI Khadijah Malang, mengajar di kelas 1 dan 2. Aktif sebagai penulis dan pimpinan redaksi majalah sekolah "Kharisma" dari tahun 2012 sampai sekarang. Penulis 12 buku Antologi, kurator 2 buku dan Editor 2 buku. Sebagai moderator pada pertemuan pertama dengan narasumber Om Jay saya merasakan sangat interaktif dalam pertemuan tersebut, dan sangat menghargai semua peserta yang ikut.

Setelah perkenalan dengan beberapa puisi dan pantun, Ibu Widya meluncurkan sebuah pantun "Tak akan mundur, sebelum resume meluncur. Pantang menyerah sebelum buku solo tercipta" selanjutnya kelas BM 27 pertemuan ke-11 dimulai. Dengan materi Mengelola Majalah Sekolah.

Majalah 

Menurut KBBI Majalah adalah Terbitan berkala  yang isinya meliputi berbagai liputan jurnalistik, pandangan tentang topik aktual yang patut diketahui pembaca. 

Sedangkan menurut waktunya.

Majalah dibedakan atas Majalah bulanan, tengah bulanan, mingguan dan seterusnya.

Menurut Isinya Majalah dibedakan :

Majalah berita, anak-anak, wanita, remaja, olahraga, sastra, ilmu pengetahuan tertentu dan sebagainya.

Majalah Sekolah adalah majalah yang dikelola, dibuat dan diedarkan dikalangan sekolah. Jadi dari sekolah untuk sekola.

Langkah-langkah Menerbitkan Majalah Sekolah, diantaranya :

1. Menyatukan ide dan gagasan.

    Pada langkah ini kita mencari tema-teman yang memiliki jiwa literasi dan organisasi.                membentuk susunan redaksi majalah.

2. Mengajukan Proposal.

    Proposal yang dibuat meliputi latar belakang, tujuan, susunan redaksi, anggaran biaya dll.

3. Membuat Rancangan Majalah

    Menentukan nama majalah, isi berita, pendanaan dll.

4. Mencari rekanan pendukung

    Rekanan pendukung bisa percetakan, sponsor produk misalnya toko buku, dll.

Berikut ini contoh Susunan Redaksi Majalah Sekolah

Susunan Redaksi Majalah Sekolah

Susunan Redaksi Majalah Sekolah terdiri dari :

1. Penasehat :  

Dari Yayasan Sekolah/Komite Sekolah  Tugasnya: Memberikan segala pertimbangan terhadap segenap crew tentang majalah sekolah

2. Penanggung Jawab : 

Yaitu Kepala Sekolah

Tugasnya : Bertanggung jawab atas keseluruhan jalannya penerbitan pers, baik ke dalam maupun ke luar. Ia dapat melimpahkan pertanggungjawabannya kepada Pemimpin Redaksi sepanjang menyangkut isi penerbitan (redaksional)

3. Pemimpin Redaksi : 

Dari Guru yang ditunjuk. Pemimpin Redaksi (Editor in Chief) bertanggung jawab terhadap mekanisme dan aktivitas kerja keredaksian sehari-hari. Ia harus mengawasi isi seluruh rubrik media massa yang dipimpinnya

4. Editor

Tugasnya: Bertanggung jawab  swa sunting tulisan, proofreading dan mengedit semua tulisan.

5. Reporter

Reporter merupakan "prajurit" di bagian redaksi. mencari berita lalu membuat atau menyusunnya, merupakan tugas pokok dari Reporter.

6. Fotografer

Tugasnya mengambil gambar peristiwa atau objek tertentu yang bernilai berita atau untuk melengkapi tulisan berita yang dibuat wartawan tulis.

7. Layout

Tugasnya mendesain majalah, tata letaknya agar memiliki tampilan yang komunikatif dan menarik untuk disajikan.

8. Bendahara

Bagian yang mengatur jalannya sirkulasi keuangan majalah sekolah

Manfaat Majalah Sekolah adalah :

  1. Sebagai sarana komunikasi sekolah dengan walimurid dan siswa
  2. Media komunikatif sekolah yang berisi berita-berita sekolah, informasi pengetahuan dan hiburan.
  3. Wadah kreativitas guru dan siswa dalam berkarya (menulis, menggambar, fotografi dll)
  4. Sarana publikasi sekolah di masyarakat.
  5. Menjadi kebanggan sekolah dan menambah nilai plus sekolah terutama saat akreditasi.


Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menerbitkan majalah 

1. Membuat nama majalah. 

Membuat nama yang unik, menarik dan mudah diingat. Bisa juga membuat nama majalah berupa singkatan nama sekolah, atau kata-kata yang menginspirasi.

    Contoh : SMART, MUTUALISTA, KONTAK, CAHAYA

     KHARISMA singkatan dari Khadijah Is My Inspiration

2. Menentukan artikel yang akan ditampilkan.

1. Visi Misi Sekolah : Visi, misi sekolah masing-masing dituliskan di hal 2.

2. Salam Redaksi : Kata sapaan pimred pada pembaca, menyampaikan isi                 majalah secara singkat, tema majalah, kondisi teraktual saat itu.

3. Berita Sekolah : Kegiatan-kegiatan sekolah, misalnya peringatan PHBI-PHBN,        kegiatan sekolah dan lain lain.

4. Profil Guru : Dimuat secara bergiliran mulai dari Kepala Sekolah, Wakil Kepala        Sekolah, guru dan staf pendidik.

5. Profil Siswa Berprestasi : Menampilkan siswa yang berprestasi.

6. Karya Siswa : Menampilkan tulisan siswa, puisi, cerpen, foto hasil karya siswa        berupa kerajinan, gambar dan lain-lain.

7. Kegiatan Siswa : Kegiatan outingclass, atau inclass, Misalnya outbond, praktik        di kelas, unjuk kerja, game dan lain-lain.

8. Kuiz Berhadiah : Disesuaikan dengan jenjang kelas, untuk SD TTS, tebak              gambar, dan lain-lain dan mendapatkan hadiah.

9. Prestasi Sekolah : menampilkan prestasi terbaru dari guru, siswa dan sekolah.

10. Info dan Pengumuman : Info Ujian, libur dan sebagainya.

      Kita bisa membayangkan betapa bahagianya saat siswa dan orang tua wali murid                    menjumpai fotonya atau foto anaknya di majalah karena prestasinya, atau saat ada                  kegiatan di kelas.    

3. Mengajukan ISSBN. Agar majalah memiliki hak paten, maka yang paling penting adalah          ISSBN, Caranya bisa menghubungi penerbit untuk membantu mendapatkan ISSBN.

4. Menentukan Bahasa yang dipakai dalam majalah.

    Sebelum menentukan bahasa yang akan dipakai, kita harus mengetahui sasaran pasar          kita, yaitu siswa-siawa dan Walimurid, Sebaiknya 

  • Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti anak-anak
  • Tidak menggunakan bahasa terlalu normal / kaku
  • Menggunakan bahasa keseharian dan pergaulan 
  • Menyelipkan bahasa - bahasa gaul yang sedang ngetrend (harus tetap sopan)
  • Menggunakan bahasa yang komunikatif  sehingga seolah-olah kita sedang berbicara dengan pembaca.

5. Mencari tema dari hal yang booming atau ngetrend di lingkungan sekolah dan masyarakat.      Isue-isue keseharian yang sedang booming di lingkungan sekolah dan masyarakat bisa          digunakan sebagai tema. misalnya :

  • Tetap Berprestasi di Masa Pandemi'
  •  Semakin Berilmu Semakin Berakhlak.
  •  Lets go green
  •  Raih Mimpi Setinggi Bintang

6. Cover dan Layout Menarik

    - Fungsi dari cover majalah adalah untuk melindungi isi majalah.

    - Mencerminkan tema dan isi mejalah. Karena itulah tema harus menarik pembaca.

     Beberapa Hal yang perlu diperhatikan dalam Layout dan tata letak majalah.

    - Dibuat sesuai tema dan tingkatan usia pembaca (SD, SMP, SMA)

    - Praktis, simpel, menarik dan memuat semua artikel dengan penataan padat            tapi tidak sumpek.

    - Mencari guru yang kompeten di IT sebagai tenaga layout dengan                            menggunakan aplikasi Corel.

7. Pembiayaan

    Pembiayaan digunakan untuk :

   1. Biaya Cetak majalah, bisa berasal dari 

  • Murni dari siswa : Siswa membeli majalah ( bisa dimasukkan saat daftar ulang atau        SPP)
  •  BOSDA : Pembiayaan majalah bisa diambilkan dari dana BOSDA dengan kode               rekening  biaya cetak/penggandaan dan membayar honorarium.
  • Sponsor : Bisa dengan walimurid yang beriklan tentang usahanya dengan memasang    iklan tersebut di majalah sekolah.

    2. Membayar Honor Crew

    3. Pembelian untuk hadiah kuiz

8. Pencetakan

Pencetakan adalah merupakan faktor penting adanya majalah secara fisik. Tetapi bila tidak memungkinkan majalah dicetak karena beberapa hal, misalnya masalah pendanaan, situasi tidak bisa tatap muka karena pandemi maka majalah bisa disampaikan dalam bentuk online. Misalnya dalam bentuk PDF dikirim melalui WhatsAp, Web sekolah, Instagram, Facebook, flipbook atau photoshop.

9. Upgrade Ilmu Secara Kontinyu.

Agar majalah sekolah selalu "uptodate" maka harus ada jadwal untuk mengupgrade ilmu bagi para crew. Misalnya melalui pelatihan menulis, pelatihan aplikasi Corel, Photoshop untuk Layout dan sebagainya dengan memberdayakan teman sejawat atau mendatangkan narasumber ahli.

10. Memupuk Kekompakan Tim

       Kalau diibaratkan tubuh, maka crew majalah adalah bagian tim yang memiliki tugas                 sama penting nya. Oleh karena itu team harus solid, terus memupuk kekompakan                 team. Saling mendukung dan mengisi kekurangan satu sama lain adalah kunci                         langgengnya sebuah team.

Demikian Resume pertemuan ke-11 ini semoga menjadikan pengetahuan dan bahan referensi bagi kita pembaca semua untuk dapat mengelola Majalah Sekolah dengan baik. Terima kasih kepada narasumber Ibu Widya Setianingsih, S.Ag. dan moderator hebat Ibu Yandri Novita Sari, Semoga sehat dan makin sukses selalu.

Motivasi Pertemuan ke-11

"Siapa yang berhenti berusaha ketika menghadapi kegagalan, berarti dia telah gagal" . Tidak ada kata gagal bagi orang yang selalu berusaha. Motivasi yang luar biasa.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Penulis : Priyadi, S.Pd

Perserta Pelatihan BM PGRI 27

    

Kamis, 15 September 2022

Belajar Menulis PGRI Pertemuan ke-10 Gelombang ke-27

Resume Ke       :  10

Gelombang ke   :  27

Tanggal              :  12 September 2022

Tema                  :  Kiat Menulis Cerita Fiksi

Nara Sumber      :  Sudomo, S.Pt.

Moderator           :  Sigid Purwo Nugroho


Flyer Pert.10 BM27

Pada Pertemuan ke-10 Pelatihan BM PGRI Gelombang ke-27 ini didampingi oleh Moderator Bapak SIgod Purwo Nugroho, dan Narasumber Bapak Sudomo, S.Pt dengan Tema "Kiat Menulis Cerita Fiksi" . Profil Narasumber kali ini adalah seorang pencinta formula fisika, Gejala Alam Semesta, Telah menulis dan menerbitkan lebih dari 10 buku, mulai tahun 2012. Bertugas di SMP Negeri 3 Lingsar Lombok Barat,

Diawalai dengan perkenalan oleh Moderator yang memperkenalkan Narasumber dan dilanjutkan dengan penayangan link Youtube materi "Menulis Cerita Fiksi itu Mudah" https://youtu.be/dXX9RWxT_u8. beberapa saat menyimak tayangan video yang berisi materi tentang Kiat-kiat untuk menulis Fiksi supaya mudah. berikut materi yang disampaikan,

1. Mengapa Harus Belajar Menulis Fiksi ?

  • Adanya penilaian Literasi Teks Fiksi dalam aspek penilaian Asesment Kompetensi Minimal (AKM)
  • Sepagai salah satu cara menemukan passion dalam menulis
  • Sebagai upaya untuk penyembuhan 
  • Untuk mengeksplorasi kemampuan menulis
2. Syarat-syarat Menulis Cerita Fiksi adalah :
  • Komitmen dan Niat yang Kuat, 
          Komitmen dan niat yang kuat berkaitan dengan usaha untuk mempelajari dan
          menyelesaikan apa yang telah dimulai.
  • Kemauan dan Kemamouan melakukan riset.
         Riset dalam cerita fiksi berfungsi untuk mendukung alur cerita yang dibuat, bisa literatur
         atau lapangan. Riset fiksi tidak harus seilmiah tulisan fiksi
  • Banyak membaca cerita fiksi.
         Dengan banyak membaca cerita fiksi kita dapat memperoleh gambaran teknik
         penulisan, gaya bahasa dan menambah kosa kata.
  • Mempelajari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI).
         Bagian ini dapat berfungsi untuk meningkatkan kompetensi diri dalam swasunting
         setelah selesai menulis cerita fiksi.
  • Memahami dasar-dasar menulis cerita fiksi.
         Dengan pemahaman dasar menulis fiksi yang kuat akan memudahkan dalam
         membiasakan diri menulis cerita fiksi.
  • Menjaga konsistensi menulis.
         Konsistensi dalam menulis akan membuat kita menemukan gaya penulisan sendiri.

3. Bentuk Cerita Fiksi terdiri dari :
  • Fiksimini, yaitu Beberapa kata yang menggambarkan satu cerita utuh.
         Contoh : 
  • MODAL NEKAT. Sekarang ia bisa mendapatkan bonus mobil mewah namun mendadak hilang, saat ia terbangun.

  • Flash Fiction, yaitu Jumlah kata khusus, misalnya 50 kata, 100 kata dan seterusnya
  • Pentigraf, yaitu cerita pendek tiga paragraf
  • Cerpen, yaitu cerita yang jumlah kata  kurang dari 7.500 kata
  • Novelet, yaitu cerita yang jumlah kata mulai 7.500 sampai 17.500 kata
  • Novela, yaitu cerita yang jumlah kata antara 17.500 sampai 40.000 kata
  • Novel, yaitu cerita yang jumlah kata lebih dari 40.000 kata.

4. Unsur Pembangun Cerita, terdiri dari :

  • Tema 
- Adalah Ide pokok cerita.
- Tips menentukan tema: Dekat dengan penulis, menarik perhatian penulis,
   bahan mudah diperoleh, dan ruang lingkup terbatas.
- Cara menentukan tema: Menyesuaikan dengan minat, mengangkat kehidupan
   nyata, berimajinasi, membaca, dan mendengarkan curahan hati.
- Contoh Tema:  Berkah kejujuran, Pendidikan dan kemiskinan, Persahabatan tiga     anak SD, Pengalaman siswa selama Belajar di Rumah, Perjuangan guru selama
   Pembelajaran Jarak Jauh.
  • Premis
- Ringkasan cerita dalam satu kalimat.
- Unsur-unsur premis: karakter, tujuan tokoh, rintangan/ halangan,             dan resolusi.
- Cara membuat premis: tulis masing-masing  unsur                                   pembentuknya kemudian rangkai menjadi satu kalimat utuh.
- Contoh Premis: Seorang anak SD mengajak dua orang                           temannya melakukan perjalanan ke  rumah kakeknya dan berusaha     memperoleh pemahaman tentang materi IPA.
  • Alur/Plot
          - Struktur rangkaian kejadian dalam cerita.
          - Macam-macam Alur : Alur maju, alur mundur, alur campuran, alur                                               flashback, dan alur kronologis.
          - Unsur-unsur alur/plot : Pengenalan cerita, awal konflik, menuju konflik,                                       konflik memuncak / klimaks, penyelesain / ending.
          - Unsur-unsur alur/plot tersebut urutannya bisa diubah ergantung pada jenis                                 alur yang dipilih.
  • Penokohan
         - Penjelasan selangkah demi selangkah penjelasan detil karakter dalam                                     cerita.
         - Macam-macam tokoh: protagonis, antagonis dan tritagonis.
         - Teknik penggambaran tokoh : analitik, fisik dan perilaku tokoh, lingkungan t                                tokoh, tata bahasa tokoh dan penggambaran oleh tokoh-tokoh lain 
  • Latar/Setting
         - Penggambaran waktu, tempat, dan suasana terjadinya peristiwa-peristiwa                                dalam cerita.
         - Jenis-jenis latar : latar waktu, latar tempat, latar suasana, latar sosial, latar                                material dan latar integral.
  • Sudut Pandang
          - Cara penulis menempatkan dirinya terhadap cerita yang diwujudkan                                           dalam pandangan tokoh cerita.
          - Macam-macam sudut pandang diantara : Orang Pertama Tunggal. Orang                                 Pertama Jamak, orang kedua, Orang ketiga Tunhggal, orang Ketiga Jamak dan                       Campuran

5. Kiat-kiat Menulis Cerita Fiksi
  • Niat
        Mampu memotivasi diri untuk memuali dan menyelesaikan tulisan
  • Baca Fiksi Orang Lain
         Sebagai upaya untuk menemukan bahan belajar/referensi berupa ide, pemilihan kata,             serta gaya dan teknik penulisan
  • Ide dan Genre 
         - Segera catat saat ide muncul
         - Menemukan ide dengan cara mengembangkan imajinasi
         - Pemilihan genre sesuai dengan yang disukai dan dikuasai
  • Outline
         - Kerangka dibangun berdasarkan unsur-unsur pembangun cerita fiksi.
         -  Menemukan tema agar pembaca mengerti lingkup serita fiksi kita
         - Membuat Premis sesuai tema
         - Menentukan uraian alur / plot berdasarkan unsur-unsurnya
         - Menentukan penokohan kuat berdasarkan jenis dan teknik penggambaran watak                     tokoh dengan baik.
         - Menentukan latar / setting dengan menunjukkan sisi eksotis dan detil
         - Memilih sudut pandang penceritaan yang unik.
  • Menulis
         - Membuka cerita dengan baik (dialog, kutipan, kata unik, konflik)
         - Melakukan pengenalan tokoh dan latar dengan baik dengan cara memaparkan secara              jelas kepada pembaca,
         - Menguatkan sisi konflik internal dan eksternal tokoh.
         - Menggunakan pertimbangan logis agar tidak cacat logika dan memperkuat imajinasi
         - Memilih susunan kalimat yang pendek dan jelas
         - Memperkuat tulisan dengan pemilihan kata (diksi)
         - Membuat ending yang baik.
  • Swasunting
          - Swasunting dilakukan setelah selesai menulis.
          - Tidak  menulis sambil mengedit,
          - Memfokuskan penyuntingan pada kesalahan pengetikan, pemakaian kata baku dan                 istilah, aturan penulisan, ejaan dan logika cerita.
          - Berusaha menempatkan diri pada posisi sebagai penyunting agar tega menyunting                   tulisannya sendiri.
          - Selalu menyiapkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dan Pedoman Umum                     Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI).
  • Publikasi
Demikian Resume pertemuan ke-10 Pelatihan Belajar Menulis PGRI Gelombang ke-27. Semoga tulisan resume ini bermanfaat bagi saya sendiri dan pembaca yang ingin mendalami penulisan cerita fiksi dengan baik dan terus menerus. Terima kassih kepada narasumber dan moderator BM 27 pertemuan ke-10 ini sehingga dapat menambah wawasan tentang penulisan cerita fiksi.

Penulis : Priyadi, S.Pd
Peserta Pelatihan BM PGRI 27


 


Resume Pertemuan ke-30 Belajar Menulis PGRI ke-27

  Resume Ke          :  30 Gelombang ke   :  27 Tanggal              :  28 Oktober 2022 Tema                 :   DIGITALISASI GERAKAN LITERA...